Senin, 04 September 2017

Semangat

Namanya hidup it harus terus semangat
Jangan pernah Menyerah terhadap apapun masalah yang dihadapi
Karena di balik itu semua ada hikmah yangbterkandung di dalam nya

Rabu, 16 Oktober 2013

video kelahiran anak sapi (pedet)

video ini sudah di edit, karena terdiri dari beberapa potongan. mungkin bisa bermanfaat bagi agan2 ato untuk sekedar untuk  tontonan :)
 video ini diambil di seluma, bengkulu.

Sabtu, 12 Oktober 2013

photo anak sapi (pedet)

anak sapi saya :)... eitssss salah labih tepatnya punya bapak saya hehehehe.. lahir pada tanggal 3-10-2013 so waktu pengambilan potho ini doi (pedet:gan) baru berumur 1 hari weh weh cakep.... tapi masih kalah sama yg punya Blog wakwakwak..

Kamis, 06 September 2012

WEdeeew KKn

pengalaman selama melaksanakan KKN UNIB periode 67
 ne foto saat kami baru sampai diSekretariat tepatnya di desa banyumas lama kec. kerkap kab. bengkulu utara... kami bertujuh sama sekali belum saling kenal sebelumnya.

eitt ne foto waktu kami baru sampai base camp wkwkwkwk

selama 2 bulan kami akan beradaptasi dan membuat pemberdayaan di Masyarakat cozz itulah tujuan KKN, meski ga diduga ada SESUATU... :p
kebersamaan selalu terjaga dan program terus berjalan n ini salah satu hasil karya kami huhuhu

buat plakat desa dengan hasil kerja kami bersama2.........

selama kkn ternyata ada something ni gan.... ga tau kenapa salah satu dari anggota bikin aku ngerasa nyaman banget... makin lama sama-sama  makin lengket gan....
 ni dia yang bikin wa kesem-sem... 
si bujian Atin febtiana
 hehehe n tanpa temen2 sekre tau qita jadian sob sewaktu habis lebaran sebelum balik lagi ke lokasi kkn.... assikk wa jadian *teett*  aqw cinlok hmmpp tapi mudah2n bisa langgeng amiinn
TO BE CONTINUE******




Minggu, 25 Maret 2012

NILAI NUTRISI TEPUNG BIJI KARET (Hevea brasiliensis) DALAM RANSUM AYAM


NILAI  NUTRISI  TEPUNG BIJI KARET (Hevea brasiliensis) DALAM  RANSUM AYAM BROILER
Oleh : Effrendi
Npm : E1C009042
jurusan peternakan, fakultas pertanian, universitas Bengkulu

Abstrak
Salah satu persyaratan suatu bahan dapat digunakan sebagai bahan baku pakan adalah ketersediaannya yang melimpah, harganya relatif murah, mudah dicerna oleh ternak, mempunyai kandungan nutrisi yang baik (protein) dan tidak berkompetisi dengan manusia. Biji karet dapat digunakan sebagai salah satu kandidat bahan baku pakan ternak. Menurut Arossi et al. (1985) dalam Prawirodigdo (2007), penambahan tepng biji karet sampai 19% dalam pakan masih layak untuk pertumbuhan ayam pedaging strain CP 707. kandungan protein tepung biji karet sangatlah tinggi. Selain kandungan protein yang cukup tinggi, pola asam amino biji karet juga sangat baik. Asam amino yang paling banyak terkandung dalam tepung biji karet adalah asam glutamik, asam aspartik dan leucine sedangkan methionine dan cystine merupakan kandungan asam amino yang terendah.
Kata kunci : karet, ayam broiler, nutrisi





Pendahuluan
Salah satu persyaratan suatu bahan dapat digunakan sebagai bahan baku pakan adalah ketersediaannya yang melimpah, harganya relatif murah, mudah dicerna oleh ternak, mempunyai kandungan nutrisi yang baik (protein) dan tidak berkompetisi dengan manusia. Biji karet dapat digunakan sebagai salah satu kandidat bahan baku pakan ternak.
Biji karet atau para (Hevea brasilliensis) di Indonesia saat ini masih merupakan produk
sampingan yang dapat dikategorikan belum bermanfaat karena baru sebagian kecil yang digunakan sebagai bibit. Setiap pohon diperkirakan dapat menghasilkan 5.000 butir biji per tahun atau satu hektar lahan dapat menghasilkan 2.253 sampai 3 juta biji /tahun (ARTCONANG, 1986). Komposisi kimia daging biji karet adalah bahan kering 92,22%; protein kasar 19,20%; lemak kasar 47,20%; serat kasar 6,00%; abu 3,49%; BETN 24,11%; dan HCN 573,72 ppm.
Penggunaannya dalam ransum unggas terbatas (5%) karena kandungan HCN yang tinggi dan rasa yang pahit (BESTARI, 1984). Pengolahan dengan memanfaatkan teknologi fermentasi merupakan salah satu cara untuk memperbaiki nilai gizi dan menurunkan kandungan HCN sehingga menjadikan biji karet tersebut lebih berkualitas.
Menurut Oyewusi et al. (2007), biji karet mengandung 10 – 22% protein dan asam amino esensial. Biji karet telah diteliti di Indonesia untuk pakan ternak hewan darat, namun belum diteliti untuk pakan ikan. Tepung biji karet yang ditambahkan dengan metionin dalam ransum babi tidak memberikan konsumsi pakan dan pertumbuhan yang optimal (Siagian et al., 1992). Menurut Arossi et al. (1985) dalam Prawirodigdo (2007), penambahan tepng biji karet sampai 19% dalam pakan masih layak untuk pertumbuhan ayam pedaging strain CP 707.


Sumber Protein Nabati
            Bahan baku pakan merupakan faktor utama yang harus tersedia dalam pembuatan pakan. Bahan baku pakan pada umumnya dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu bahan baku yang berasal dari tumbuhan (nabati) dan hewan (hewani).
            Seiring dengan peningkatan harga bahan baku dari hewan (tepung ikan) maka bahan baku nabati sering digunakan sebagai bahan alternatif. Hal ini tidaklah selalu berhasil karena mengakibatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan yang rendah karena menurunnya pallatabilitas pakan (Burel et al., 1998 dalam Jobling et al., 2002). Faktor-faktor tersebut dipengaruhi oleh keseimbangan asam amino esensial, ketersediaan fosfor yang rendah dan dampak metabolisme dari faktor antinutrisi (Antinutritional Factors / ANFs) yang tidak diabaikan (Medale et al., 1998; Alarcon, 1999 dalam Jobling et al., 2002). Beberapa protein nabati kekurangan satu atau lebih asam amino esensial, sehingga penggunaan protein nabati sebagai bahan baku utama pada pakan harus menyediakan suplemen asam amino.
Penghilangan racun                                                                                              
Tepung biji karet dapat digunakan sebagai subsitusi protein pakan komersial dilihat dari sisi kandungan protein, ketersediaan dan harganya. Namun, biji karet tersebut mengandung asam sianida yang dapat menghambat pertumbuhan . Asam sianida dalam biji karet dapat dihilangkan atau dikurangi kandungannya melalui beberapa cara, yaitu perendaman (dipping) selama 24 jam, pengukusan (steaming) pada suhu 100oC selama 6 jam, penjemuran (drying) selama 12 jam di bawah sinar matahari atau kombinasi antara pengukusan dengan penjemuran selama 12 jam.
Penggunaaan protein pakan optimal ini dipengaruhi oleh kesimbangan protein dan energi yang tepat dan penambahan unsur-unsur vitamin dan mineral yang sesuai dengan kebutuhan, proses pembuatan pakan dan penyimpannya serta pemberian pakan yang tepat dan penyediaan kondisi lingkungan (air) yang baik. Tepung biji karet yang telah dihilangkan atau dikurangi kandungan asam sianidanya dapat menggantikan sebagian atau seluruhnya peranan protein pakan komersial. Indikatornya adalah kelangsungan hidup, kecernaan pakan, pertumbuhan (protein, lemak dan energi), efisiensi pakan, dan indeks hipatosomatik.
Kebutuhan protein
Kebutuhan protein per hari untuk ayam yang sedang tumbuh dibagi menjadi tiga bagian yaitu : protein untuk hidup pokok, protein untuk pertumbuhan jaringan dan protein untuk pertumbuhan bulu (Wahju, 1997). Menurut Scott er al. (1982), kebutuhan protein dan energi metabolisme untuk ayam broiler periode pre Starter umur 0 - 2 minggu adalah protein 23,2 - 26,5% dan energi 2800 - 3200 kkal/kg 2800 - 3300 kkal/kg sedangkan umur 6 minggu keatas adalah protein 18,1- 2l,2% dan energi metabolisme 2800 - 3300 kkal/kg.
Tepung Biji Karet
            Tepung biji karet merupakan salah satu bahan baku alternatif dari pakan ikan. Keunggulan tepung biji karet adalah tepung biji karet dihasilkan dari biji tanaman karet yang merupakan tanaman perkebunan yang paling banyak ditanam di Indonesia, sehingga ketersediaannya dalam jumlah besar relatif terjamin. Selain itu biji karet selama ini merupakan biji yang disia-siakan atau belum dimanfaatkan dan tidak dapat dimakan langsung. Biji karet terdiri atas kulit luar yang keras dan intinya banyak mengandung minyak (Murni et al., 2008).
Dilihat dari komposisi kimianya, kandungan protein tepung biji karet sangatlah tinggi (Tabel 1 dan 2). Selain kandungan protein yang cukup tinggi, pola asam amino biji karet juga sangat baik. Asam amino yang paling banyak terkandung dalam tepung biji karet adalah asam glutamik, asam aspartik dan leucine sedangkan methionine dan cystine merupakan kandungan asam amino yang terendah (Tabel 3).
Tabel 1. Analisis proksimat tepung biji karet dan beberapa kandungan kimia (100 g berat kering)
Komposisi proksimat
Kandungan (%)
Air (%)
3,6
Abu (%)
3,4
Protein (%)
27,0
Lemak (%)
32,3
BETN (%)
33.7
Tiamin (µg)
450,0
Asam nikotinat (µg)
2,5
Akroten dan Tokoferol (µg)
250,0
Sianida (mg)
330,0
Sumber: Murni et al. (2008)

Tabel 2. Analisis proksimat tepung biji karet dari alam dan budidaya (berat kering)
Komposisi (%)
Biji karet alam
Biji karet budidaya
Kadar Air
14,1 ± 7,0
2,6 ± 0,4
Kadar abu kasar
9,7 ± 2,5
2,3 ± 0,2
Kadar protein kasar
10,3 ± 1,7
21,9 ± 1,2
Kadar lemak kasar
6,4 ± 1,1
15,8 ± 1,9
BETN
73,7,4 ± 5,1
65,1 ± 5,2
Sumber: Oyewusi et al. (2007).


Tabel 3. Susunan asam amino tepung biji karet dari alam dan budidaya (g/kg protein)
Asam Amino
Biji karet alam
Biji karet budidaya
Glutamic acid (Glu)
                   93.10
                 112.50
Aspartic acid (Asp)
                   76.00
                   80.40
Leucine  (Leu)
                   51.60
                   71.90
Arginine (Arg)
                   46.00
                   51.10
Lysine (Lys)
                   39.50
                   49.90
Phenylalanine (Phe)
                   38.90
                   49.00
Glycine (Gly)
                   32.60
                   40.10
Valine (Val)
                   31.70
                   38.30
Isoleucine (Iso)
                   30.10
                   35.10
Tyrosine (Try)
                   29.00
                   33.80
Serine (Ser)
                   21.00
                   30.20
Alanine (Ala)
                   17.80
                   23.90
Histidine (His)
                   20.10
                   23.50
Threonine (Thr)
                   20.50
                   23.30
Proline (Pro)
                   20.20
                   18.10
Methionine (Met)
                   10.70
                   14.90
Cystine (Cys)
                    9.90
                   14.60
Sumber: Oyewusi et al. (2007).
Agar biji karet dapat dimanfaatkan maka harus diolah terlebih dahulu menjadi konsentrat (Zuhra, 2006). Menurut George (1985), konsentrat adalah hasil pemekatan fraksi protein biji karet yang kadar proteinnya sudah tinggi menjadi lebih tinggi lagi. Dalam pembuatannya, fraksi protein akan lebih tinggi kadarnya dengan cara mengurangi atau menghilangkan lemak atau komponen-komponen non protein lain yang larut. Walaupun mempunyai kandungan nutrien relatif baik, biji karet  memiliki zat anti nutrien yaitu asam sianida (HCN) atau prussic acid.
Kecernaan pada ayam broiler
Dalam pemberian pakan, perlu mengetahui saat ayam broiler menerima pakan tersebut. Tingkat penerimaan dipengaruhi oleh napsu makan ayam broiler. Mekanisme napsu makan ini berkaitan erat dengan keliatan (Strech) lambung dan kandungan metabolit darah (Vahl, 1979). Apabila kepenuhan lambung menurun, lapar meningkat dan kemungkinan makan menjadi meningkat. Tingkat lapar yang tinggi cendrung terjadi pada saat lambung mendekati kosong. Brett (1971) mengatakan bahwa efektivitas pakan optimal terjadi pada tingkat kurang dari konsumsi maksimal.
            Kecernaan merupakan kombinasi mekanik dan kimia pada proses penghancuran pakan menjadi bentuk yang lebih sederhana yang siap diserap oleh dinding usus dan masuk kedalam sistem pembuluh darah melalui proses menggunakan enzim. Nutrient dari bahan yang berbeda mungkin dicerna dengan tingkat yang berbeda. Hal ini berhubungan dengan sumber dan komposisi bahan-bahan makanan. Pakan yang berasal dari bahan nabati biasanya lebih sedikit dicerna dibanding dengan bahan hewani. Bahan nabati umumnya memiliki serat kasar yang sulit dicerna dan mempunyai dinding sel kuat yang sulit dipecahkan (Hepher, 1988).
Kecernaan pakan juga dipengaruhi oleh proses dan metode pengolahan bahan-bahan tersebut, sebab dari beberapa bahan makanan yang perlu penanganan khusus karena keberadaan zat inhibitor dalam bahan makanan, contohnya pemanasan 127 – 204oC dapat meningkatkan kecernaan protein tepung kedelai dari 45% menjadi 75% (NRC, 1993). Faktor penting yang mempengaruhi kecernaan adalah komponen pakan. Mokoginta (1997) menyatakan bahwa perbedaan komposisi bahan dan zat makanan dalam ransum dapat mempengaruhi kecernaan protein dan total ransum.
            Analisa kecernaan baik pada pakan maupun bahan pakan dapat dilakukan dengan mengumpulkan feses. Selama pakan melalui saluran pencernaan, tidakan semua  pakan dicerna dan diserap. Bagian yang tidak dicerna dibuang dalam bentuk feses (Hepherm 1988). Kecernaan pakan dan nutrient dapat ditentukan dengan menggunakan indikator yang mempunyai sifat mudah diindentifikasi atau tidak diserap sehingga dapat melewati salarun pencernaan. Kecernaan pakan dan nutrient dapat ditentukan dengan menggunakan indikator yang mempunyai sifat mudah diindentifikasi atau tidak diserap sehingga dapat melewati salarun pencernaan.
Pertumbuhan ayam broiler
Menurut Soeparno (1998) bahwa, pertumbuhan ternak secara umum merupakan perubahan ukuran yang meliputi perubahan bobot badan, bentuk tubuh, komposisi dan komponen kimia tubuh. Dijelaskan oleh Washburn (1990), pertambahan bobot badan merupakan gambaran dari pertumbuhan, yang terdiri dari peningkatan kadar air, protein, lemak dan abu di dalam tubuh. Perbandingan komponen tersebut dipengaruhi oleh faktor umur, jenis kelamin populasi dan cara pemberian pakan.
Pertumbuhan unggas umumnya dapat diketahui dengan mengukur kenaikan bobot badan yang dilakukan melalui beberapa kali penimbangan dan dinyatakan sebagai pertambahan bobot badan harian, mingguan atau menurut periode waktu lainnya (Tillman et al., 1998). North and Bell 1990 menyatakan bahwa, kecepatan pertumbuhan pada ayam mempunyai variasi yang cukup besar tergantung pada tipe ayam, strain, jenis kelamin dan makanan, disamping faktor lingkungan seperti suhu dan perlindungan terhadap penyakit dan juga dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas ransum. Menurut Tillman et al. (1998), ransum dikatakan berkualitas jika dapat
memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang diperlukan agar ayam dapat tumbuh dengan baik, sehingga tidak mengandung senyawa anti nutrisi. Senyawa anti nutrisi sianida dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan ayam apabila terkonsumsi dan terakumulasi di dalam tubuh (Mukodiningsih dan Tristiarti, 1998 serta Wahyuni et al., 2001). Pertumbuhan ayam broiler juga dipengaruhi oleh komposisi asam amino dalam ransum. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Scott et al. (1982) dan Wahju (1997) bahwa, ransum yang kekurangan asam amino akan menyebabkan penurunan pertambahan bobot badan dan konsumsi ransum pada ayam periode pertumbuhan. Kekurangan asam amino terutama asam amino esensial dalam ransum ditentukan oleh jumlah asam amino pembatas.
Ayam jantan memiliki laju pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan ayam betina. Hal tersebut karena tingkat konsumsi ransum ayam jantan lebih tinggi, sehingga ayam jantan lebih efektif dalam menghasilkan daging (Scott et al., 1982; Wahju, 1997).
Kesimpulan
Dilihat dari komposisi kimianya, kandungan protein tepung biji karet sangatlah tinggi. Selain kandungan protein yang cukup tinggi, pola asam amino biji karet juga sangat baik. Asam amino yang paling banyak terkandung dalam tepung biji karet adalah asam glutamik, asam aspartik dan leucine sedangkan methionine dan cystine merupakan kandungan asam amino yang terendah.




Daftar pustaka
1.      ARTCONANG, D. 1986. Kemungkinan  Pemanfaatan biji karet dalam Rasum makanan ternak. J. Penelitian Pengembangan Pertanian V(3).
2.      BESTARI, J. 1984. Pemakaian Tepung biji karet (Navea brasilliensis) terhadap Pertambahan Berat Badan Ayam Broiler.Tesis Fakultas Peternakan Universitas Andalas. Padang.
3.      Oyewusi, P. A, E.T. Akintayo and O. Olaofe. 2007. The proximate and amino acid composition of defatted rubber seed meal. Journal of Food, Agriculture & Environment Vol.5 (3&4): 115-118.
4.      Siagian, P. H., H. C. H. Siregar dan Saludink. 1992. Pengaruh penggunaan bungkil biji karet dalam ransum dengan penambahan metionin terhadap penampilan dan nilai karkas ternak babi. Abstrak. Fakultas Peternakan. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyaratkat, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
5.      Prawirodigdo, S. 2007. Urgensi evaluasi bahan pakan asli indonesia sebagai pilar utama untuk menopang usaha ayam lokal. http://peternakan.litbang.deptan.go.id/publikasi/lokakarya/lkayam-lkl05-20.pdf. [24 Juni 2009].
6.      Jobling, M. Gomez, E. Diaz, J. 2002. Feeds types manufacturer and ingredient 31-39 p in food intake fish (Houlihan D, Boujard T, Jobling, M.eds). Blackwell Science Ltd. Osney Mead. Oxford.
7.      Murni, R., Suparjo, Akmal, B. L. Ginting. 2008. Buku ajar teknologi pemanfaatan limbah untuk pakan. Fakultas Peternakan. Universitas Jambi. Jambi. 
8.      Zuhra, C. F. 2006. Karet. Karya Ilmiah. Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara. Medan. 30 pp.
9.      Vahl, O. 1979. An hypothesis on the control of food intake in fish. Aquaculture, 17: 221-229.
10.  ___________. 1997. Kebutuhan nutrisi ikan gurame (Osphronemus gouramy Lac) untuk pertumbuhan dan reproduksi. Laporan Penelitian Hibah Bersaing II/4. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 3-8 p.
11.  Breet, J. R. 1971. Satiation time, appetite and maximum food intake of sockeye salmon (Onchorhynchus nerka). J. Fish Res. Bd. Can., 28: 409-415.
12.  Hepher, B. 1988. Nutrition and ponds fishes. Cambridge University Press. Cambridge, New York.
13.  Mokoginta, I. 1986. Kebutuhan ikan lele (Clarias batrachus Linn) akan asam-asam lemak linoleat dan linolenat. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana, IPB. Bogor. 66 p.